Di era informasi yang serba cepat, fitnah telah berevolusi menjadi senjata yang mematikan. Dulu, fitnah menyebar dari mulut ke mulut, namun kini, seiring dengan kemunculan media sosial, fitnah dapat menjangkau jutaan orang dalam hitungan detik. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana fitnah, yang dalam Islam diartikan sebagai [definisi fitnah dalam Islam yang komprehensif], telah merambah kehidupan kita sehari-hari dan menimbulkan dampak yang sangat merusak. Kita akan menggali akar masalah, menganalisis fenomena penyebaran fitnah di media sosial, serta merumuskan solusi untuk mengatasi masalah yang semakin kompleks ini.
Table of Contents
Bab 1: Memahami Fenomena Fitnah di Media Sosial
Fitnah bukanlah fenomena baru. Sejak zaman dahulu, manusia telah mengenal praktik menyebarkan informasi palsu untuk menjatuhkan orang lain. Namun, era digital telah mengubah wajah fitnah secara drastis. Jika di masa lalu, fitnah menyebar melalui mulut ke mulut atau tulisan tangan, kini teknologi informasi memungkinkan fitnah menyebar dengan kecepatan kilat dan jangkauan yang sangat luas melalui media sosial.
Peran Teknologi
- Aksesibilitas: Siapa saja dapat dengan mudah membuat dan menyebarkan konten di media sosial tanpa perlu melalui proses editorial yang ketat.
- Anonimitas: Banyak pengguna media sosial memilih untuk menggunakan akun anonim atau semu, sehingga sulit untuk melacak asal-usul fitnah.
- Viralitas: Fitur-fitur seperti “share”, “like”, dan “retweet” memungkinkan konten menyebar dengan cepat dari satu pengguna ke pengguna lainnya.
- Algoritma: Algoritma yang digunakan oleh platform media sosial sering kali memprioritaskan konten yang bersifat sensasional atau kontroversial, sehingga fitnah lebih mudah menarik perhatian pengguna.
Dinamika Fitnah di Media Sosial
Jenis-jenis Fitnah
- Hoax: Informasi palsu yang sengaja disebarluaskan untuk menyesatkan publik.
- Hate speech: Ujaran kebencian yang ditujukan kepada individu atau kelompok tertentu berdasarkan ras, agama, etnis, atau orientasi seksual.
- Bullying: Perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah.
- Doxing: Praktik mencari dan menyebarkan informasi pribadi seseorang secara online tanpa izin.
- Deepfake: Video atau audio palsu yang dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
Platform Media Sosial
- Facebook: Platform yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan fitnah, terutama karena jumlah penggunanya yang sangat besar.
- Twitter: Platform yang efektif untuk menyebarkan berita cepat dan memicu perdebatan, sehingga sering digunakan untuk menyebarkan hoax dan hate speech.
- Instagram: Platform yang populer untuk menyebarkan rumor dan fitnah melalui gambar dan video.
- WhatsApp: Aplikasi pesan instan yang sering digunakan untuk menyebarkan hoax secara pribadi.
Dampak
- Kerugian bagi individu: Kerusakan reputasi, gangguan psikologis, bahkan ancaman fisik.
- Kerugian bagi masyarakat: Perpecahan sosial, polarisasi, dan penurunan kepercayaan terhadap institusi.
- Kerugian bagi negara: Kerusuhan, ketidakstabilan politik, dan kerugian ekonomi.
Faktor Pendorong
Psikologis
- Kebutuhan akan perhatian: Beberapa orang menyebarkan fitnah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan dari orang lain.
- Keinginan untuk mendominasi: Sebagian orang merasa senang dengan kekuasaan yang mereka rasakan ketika berhasil memanipulasi opini publik.
- Dendam: Motivasi balas dendam dapat mendorong seseorang untuk menyebarkan fitnah terhadap orang yang dianggap telah menyakitinya.
Sosial
- Tekanan kelompok: Tekanan dari kelompok sosial atau komunitas online dapat membuat seseorang ikut menyebarkan fitnah.
- Polarisasi: Polarisasi politik dan sosial dapat memicu penyebaran fitnah yang ditujukan kepada kelompok lawan.
Ekonomi
- Bisnis hoax: Beberapa orang memanfaatkan hoax untuk mendapatkan keuntungan finansial, misalnya melalui klikbait atau penjualan produk palsu.
- Politik identitas: Politik identitas seringkali dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah dengan tujuan memenangkan dukungan politik.
Bab 2: Akar Psikologis di Balik Fitnah
Mengapa orang menyebarkan fitnah? Jawabannya tidak sesederhana kelihatannya. Di balik setiap tindakan fitnah, terdapat kompleksitas psikologis yang mendasari. Mari kita telusuri beberapa akar psikologis yang sering dikaitkan dengan perilaku menyebarkan fitnah.
Psikologi Kepribadian
Beberapa sifat kepribadian tertentu sering dikaitkan dengan kecenderungan untuk menyebarkan fitnah:
- Narsisme: Individu narsistik memiliki kebutuhan yang sangat tinggi akan pengakuan dan pujian. Mereka sering kali menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan orang lain dan mengangkat diri sendiri.
- Machiavellianisme: Orang yang memiliki sifat Machiavellian cenderung sangat manipulatif dan licik. Mereka tidak ragu untuk menggunakan segala cara, termasuk fitnah, untuk mencapai tujuan mereka.
- Psikopati: Psikopat memiliki ciri khas kurangnya empati dan rasa bersalah. Mereka sering kali tidak peduli dengan penderitaan orang lain dan menikmati menimbulkan kerusakan.
Teori Konspirasi
- Mengapa orang mudah percaya pada teori konspirasi?
- Kebutuhan akan makna: Teori konspirasi seringkali menawarkan penjelasan yang sederhana namun mendalam tentang peristiwa kompleks, memberikan rasa kepastian dan kontrol bagi mereka yang merasa tidak berdaya.
- Ketidakpercayaan terhadap institusi: Ketidakpercayaan terhadap pemerintah, media, atau kelompok berwenang dapat mendorong orang untuk mencari penjelasan alternatif di luar narasi resmi.
- Konfirmasi bias: Orang cenderung mencari informasi yang mendukung keyakinan mereka, dan mengabaikan informasi yang bertentangan.
- Hubungan antara teori konspirasi dan penyebaran fitnah: Teori konspirasi seringkali menjadi dasar dari berbagai macam fitnah. Misalnya, teori konspirasi tentang vaksin dapat memicu penyebaran informasi palsu tentang efek samping vaksin.
Efek
- Kecenderungan mengikuti pendapat mayoritas: Efek bandwagon menggambarkan kecenderungan seseorang untuk mengikuti pendapat atau perilaku mayoritas, bahkan jika secara pribadi mereka meragukan kebenarannya.
- Bagaimana efek bandwagon memperkuat penyebaran fitnah: Ketika sebuah fitnah sudah mulai menyebar luas, semakin banyak orang yang akan ikut menyebarkannya hanya karena banyak orang lain yang sudah melakukannya. Fenomena ini sering disebut sebagai “viralitas”.
Faktor Lain yang Mempengaruhi
- Kecemasan dan ketidakpastian: Dalam situasi yang penuh kecemasan dan ketidakpastian, orang cenderung mencari kambing hitam untuk menyalahkan.
- Kebosanan dan kesepian: Beberapa orang mungkin menyebarkan fitnah untuk mengisi waktu luang atau mencari sensasi.
- Keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok: Dorongan untuk merasa diterima dan menjadi bagian dari sebuah kelompok dapat mendorong seseorang untuk ikut menyebarkan fitnah yang sesuai dengan pandangan kelompok tersebut.
Memahami akar psikologis di balik fitnah sangat penting untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mencegah dan menanggulangi masalah ini. Dengan memahami mengapa orang menyebarkan fitnah, kita dapat mengembangkan program pendidikan, kampanye kesadaran, dan intervensi psikologis yang tepat.
Bab 3: Dampak Fitnah di Berbagai Tingkatan
Fitnah bukan hanya sekadar kata-kata. Dampaknya meluas dan berlapis, merembes ke dalam kehidupan individu, masyarakat, hingga tingkat nasional. Mari kita bahas lebih dalam mengenai dampak fitnah ini.
Dampak pada Individu
Korban fitnah seringkali mengalami trauma mendalam yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan mereka:
- Rusaknya reputasi: Fitnah dapat menghancurkan citra seseorang di mata publik, bahkan jika kemudian terbukti tidak benar.
- Gangguan kesehatan mental: Korban seringkali mengalami depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan makan akibat tekanan psikologis yang berat.
- Isolasi sosial: Mereka mungkin kehilangan teman, keluarga, dan peluang kerja karena stigma negatif yang melekat pada diri mereka.
- Trauma psikologis: Trauma akibat fitnah dapat berlangsung lama dan sulit disembuhkan, bahkan setelah nama baik mereka dipulihkan.
- Masalah hukum: Dalam beberapa kasus, korban fitnah mungkin perlu menempuh jalur hukum untuk membersihkan nama baik mereka, yang membutuhkan waktu, biaya, dan energi yang besar.
Dampak pada Masyarakat
Fitnah dapat memicu berbagai masalah sosial yang serius:
- Perpecahan masyarakat: Fitnah seringkali digunakan untuk memprovokasi permusuhan antar kelompok, baik berdasarkan agama, suku, ras, atau ideologi politik.
- Polarisasi politik: Fitnah dapat memperparah polarisasi politik dan membuat dialog yang konstruktif menjadi semakin sulit.
- Kerusuhan sosial: Dalam kasus ekstrem, fitnah dapat memicu kerusuhan dan kekerasan massal.
- Kerugian ekonomi: Fitnah dapat merusak reputasi bisnis, pariwisata, dan investasi, sehingga berdampak negatif pada perekonomian.
Dampak pada Tingkat Nasional
Dampak fitnah juga dapat dirasakan pada tingkat nasional:
- Destabilisasi keamanan: Fitnah yang bersifat provokatif dapat memicu konflik dan mengancam stabilitas keamanan negara.
- Kerusakan citra negara: Negara yang sering dilanda fitnah akan mengalami penurunan citra di mata dunia internasional.
- Ancaman terhadap demokrasi: Penyebaran fitnah yang sistematis dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi dan institusi negara.
Lingkaran Setan Fitnah
Penting untuk memahami bahwa dampak fitnah bersifat kumulatif dan membentuk semacam “lingkaran setan”. Misalnya, seseorang yang menjadi korban fitnah mungkin akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, yang kemudian dapat membuatnya merasa semakin terisolasi dan rentan terhadap masalah kesehatan mental. Hal ini, pada gilirannya, dapat memperkuat stigma negatif yang melekat pada dirinya dan membuat sulit baginya untuk pulih.
Mencegah dan Mengatasi Dampak Fitnah
Untuk mengatasi masalah fitnah, diperlukan upaya yang komprehensif, melibatkan individu, masyarakat, pemerintah, dan platform media sosial. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Peningkatan literasi digital: Membekali masyarakat dengan keterampilan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi informasi.
- Regulasi platform media sosial: Membuat aturan yang lebih ketat untuk mencegah penyebaran konten yang mengandung fitnah.
- Perlindungan hukum bagi korban: Memperkuat perlindungan hukum bagi korban fitnah dan mempermudah proses pemulihan nama baik.
- Pendidikan karakter: Menanamkan nilai-nilai toleransi, empati, dan tanggung jawab sejak dini.
- Penguatan komunitas: Membangun komunitas yang inklusif dan saling mendukung.
Bab 4: Ajaran Agama dan Etika tentang Menjaga Lisan
Islam
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan. Dalam Al-Qur’an dan hadis, terdapat banyak ayat dan hadis yang mengajarkan kita untuk berkata yang baik, jujur, dan bermanfaat. Beberapa di antaranya adalah:
- Ayat Al-Qur’an
- QS. Al-Ahzab: 70: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
- QS. An-Nisa: 11: “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
- Hadis
- “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Konsep akhlak mulia dalam Islam sangat erat kaitannya dengan menjaga lisan. Seorang muslim yang baik adalah mereka yang selalu menjaga ucapannya agar tidak menyakiti hati orang lain, menyebarkan fitnah, atau mengadu domba.
Etika Umum
Selain ajaran agama, etika umum juga menekankan pentingnya menjaga lisan. Prinsip-prinsip etika dalam berkomunikasi antara lain:
- Jujur: Selalu menyampaikan informasi yang benar dan tidak berbohong.
- Sopan: Menggunakan bahasa yang santun dan menghormati orang lain.
- Bertanggung jawab: Menanggung akibat dari ucapan kita.
- Empati: Memahami perasaan orang lain sebelum berbicara.
Pentingnya Tanggung Jawab atas Ucapan
Setiap kata yang kita ucapkan memiliki konsekuensi. Ucapan yang baik akan membawa kebaikan, sedangkan ucapan yang buruk dapat merusak hubungan, menghancurkan reputasi, bahkan memicu konflik. Oleh karena itu, kita harus selalu bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan.
Mengapa Menjaga Lisan Sangat Penting?
- Menjaga keharmonisan: Ucapan yang baik akan menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai.
- Memperkuat hubungan: Ucapan yang tulus dan positif akan mempererat hubungan dengan orang lain.
- Meningkatkan kualitas hidup: Orang yang menjaga lisan cenderung lebih bahagia dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
- Menghindari dosa: Dalam perspektif agama, mengucapkan kata-kata buruk adalah dosa yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Bab 5: Strategi Mencegah dan Mengatasi Fitnah di Media Sosial
Fitnah adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi multi-faceted. Strategi pencegahan dan penanganan fitnah harus dilakukan pada berbagai tingkatan, mulai dari individu, komunitas, hingga pemerintah dan lembaga terkait.
Tingkat Individu
- Meningkatkan literasi digital: Membekali diri dengan kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.
- Memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya: Selalu periksa kebenaran informasi dari berbagai sumber yang kredibel sebelum membagikannya.
- Berpikir kritis: Biasakan diri untuk menganalisis informasi secara kritis, mengidentifikasi bias, dan mencari bukti yang mendukung atau menyangkal suatu klaim.
- Mengelola emosi dengan baik: Hindari terpancing oleh emosi untuk menyebarkan informasi yang belum tentu benar.
- Membangun relasi yang positif: Membangun relasi yang sehat dan saling menghormati dapat membantu menciptakan lingkungan online yang lebih positif.
Tingkat Komunitas
- Kampanye anti-fitnah: Mengadakan kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya fitnah dan pentingnya menyebarkan informasi yang benar.
- Pendidikan media: Melaksanakan program pendidikan media di sekolah, tempat kerja, dan komunitas untuk meningkatkan literasi digital masyarakat.
- Forum diskusi yang sehat: Memfasilitasi forum diskusi yang terbuka dan inklusif, di mana perbedaan pendapat dapat didiskusikan dengan santun.
Tingkat Pemerintah dan Lembaga
- Regulasi yang jelas tentang konten online: Pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan tegas untuk mengatur konten online, terutama yang berkaitan dengan hate speech, ujaran kebencian, dan penyebaran informasi palsu.
- Penegakan hukum yang tegas: Penegak hukum harus bertindak tegas terhadap pelaku penyebaran fitnah dan memberikan sanksi yang setimpal.
- Kerja sama dengan platform media sosial: Pemerintah perlu bekerja sama dengan platform media sosial untuk mengembangkan mekanisme pelaporan dan penghapusan konten yang melanggar aturan.
Peran Media Massa
- Jurnalisme yang bertanggung jawab: Media massa memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi yang akurat dan terpercaya. Jurnalis harus selalu mengedepankan prinsip-prinsip jurnalisme yang baik.
- Pendidikan media untuk masyarakat: Media massa juga dapat berperan dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya literasi media dan cara membedakan antara berita yang benar dan hoaks.
Strategi Tambahan
Peningkatan kolaborasi lintas sektor: Membangun kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan industri untuk mengatasi masalah fitnah secara komprehensif.
Penguatan literasi kritis: Membekali masyarakat dengan kemampuan untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi secara mendalam.
Peningkatan kepercayaan pada institusi: Membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah, media, dan ahli.
Pengembangan teknologi deteksi hoax: Memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan alat yang dapat mendeteksi dan memblokir penyebaran hoaks secara otomatis.
Bab 6: Peran Teknologi dalam Mengatasi Fitnah
Teknologi, yang sering kali menjadi alat untuk menyebarkan fitnah, juga dapat menjadi solusi untuk mengatasinya. Mari kita bahas bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan blockchain dapat berperan dalam memerangi fitnah.
Kecerdasan Buatan (AI)
AI memiliki potensi besar dalam mendeteksi dan menangkal penyebaran fitnah. Beberapa penerapan AI yang menjanjikan antara lain:
- Deteksi dini konten negatif: AI dapat dilatih untuk mengidentifikasi pola bahasa, gambar, dan video yang sering digunakan dalam konten negatif seperti ujaran kebencian, hoaks, dan fitnah. Dengan demikian, platform media sosial dapat secara proaktif menghapus konten berbahaya sebelum menyebar luas.
- Verifikasi fakta otomatis: AI dapat digunakan untuk memverifikasi fakta dengan cepat dan akurat. Sistem AI dapat membandingkan konten yang diunggah dengan database informasi yang telah diverifikasi untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian.
Tantangan dan Pertimbangan
Meskipun AI dan blockchain menawarkan solusi yang menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi:
- Biaya: Pengembangan dan implementasi teknologi ini membutuhkan investasi yang besar.
- Privasi: Penggunaan AI dan blockchain dapat menimbulkan kekhawatiran terkait privasi data.
- Ketergantungan pada teknologi: Terlalu bergantung pada teknologi dapat membuat kita rentan terhadap serangan siber.
Bab 7: Membangun Budaya Digital yang Positif
Untuk mengatasi masalah fitnah secara berkelanjutan, kita perlu membangun budaya digital yang positif. Budaya ini tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada nilai-nilai, sikap, dan perilaku individu dalam masyarakat. Berikut adalah beberapa peran penting dalam membangun budaya digital yang positif:
Peran Keluarga
- Pendidikan karakter sejak dini: Menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan toleransi sejak anak usia dini.
- Menciptakan lingkungan yang kondusif: Memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial dan mengajarkan anak-anak untuk menggunakan teknologi secara bijak.
Peran Sekolah
- Pendidikan media dan literasi digital: Menyediakan kurikulum yang komprehensif untuk mengajarkan siswa tentang cara mengakses, mengevaluasi, dan menciptakan konten digital.
- Pengembangan soft skills: Membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis, komunikasi efektif, dan kerja sama tim.
Peran Agama
- Menguatkan nilai-nilai moral dan spiritual: Agama dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi individu untuk berperilaku baik dan menghindari perbuatan yang merugikan orang lain.
Peran Lain yang Penting
- Komunitas: Membangun komunitas online yang positif dan inklusif, di mana perbedaan pendapat dapat didiskusikan dengan santun.
- Media Massa: Meningkatkan kualitas jurnalisme dan mempromosikan nilai-nilai kebenaran dan objektivitas.
- Pemerintah: Membuat kebijakan yang mendukung pengembangan budaya digital yang positif, seperti regulasi yang jelas tentang konten online dan perlindungan data pribadi.
Strategi untuk Membangun Budaya Digital yang Positif
- Kampanye kesadaran: Meluncurkan kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga etika di dunia digital.
- Program pelatihan: Menyediakan program pelatihan bagi guru, orang tua, dan masyarakat umum tentang cara menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.
- Penelitian: Melakukan penelitian secara terus-menerus untuk memahami dinamika perubahan budaya digital dan mengembangkan strategi yang lebih efektif.
- Kolaborasi lintas sektor: Membangun kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mengatasi masalah ini secara bersama-sama.
Tantangan dan Solusi
- Perubahan yang cepat: Budaya digital terus berubah dengan cepat, sehingga kita perlu terus beradaptasi dengan perkembangan terbaru.
- Perbedaan generasi: Setiap generasi memiliki cara yang berbeda dalam berinteraksi dengan teknologi, sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda untuk setiap kelompok.
- Globalisasi: Masalah fitnah tidak hanya terjadi di satu negara, tetapi merupakan masalah global yang membutuhkan solusi internasional.
Kesimpulan
Fitnah di media sosial adalah ancaman nyata yang harus kita hadapi bersama. Akar masalahnya kompleks, namun solusinya sederhana: meningkatkan literasi digital, berpikir kritis, dan bertindak dengan bijak. Dengan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, kita dapat membedakan antara fakta dan fiksi, serta menghindari penyebaran informasi yang salah. Mari kita bangun komunitas online yang positif dan inklusif, di mana setiap suara didengar dan dihargai. Masa depan yang kita inginkan ada di tangan kita.
Baca juga :
Kekuatan Sedekah yang Mengubah Kehidupan
Meraih Keberkahan dan Kedekatan dengan Allah Melalui Ibadah yang Istiqomah
Yayasan Bahagia Berbagi Bersama : Menjaga Hubungan dengan Sesama
Yayasan Bahagia Berbagi Bersama adalah Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan kemanusiaan, dimana Yayasan ini di awal berdirinya adalah dari sebuah penyalur CSR di PT. Anugerah Kubah Indonesia, dengan brand QOOBAH. Yayasan Bahagia Berbagi Bersama (YBBB) tidak hanya fokus pada program sosial dan kemanusiaan, tetapi juga memiliki program kajian Islam yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan umat Islam. Kajian ini terbuka untuk umum dan dilaksanakan secara rutin di Masjid Qoobah, Kras, Kediri.
Jika Anda ingin berinfaq untuk Masjid Qoobah, Anda dapat mengunjungi campaign donasi online di Campaign Infaq Masjid Qoobah
atau infaq melalui no rekening BSI (Bank Syariah Indonesia) : 8771380220
a.n Yayasan Bahagia Berbagi Bersama.
Konfirmasi melalui WhatsApp 0852.3535.3588.
Kita telah menyaksikan betapa dahsyatnya dampak fitnah di era digital. Saatnya kita mengambil tindakan nyata. Mari mulai dari diri sendiri dengan selalu memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, berpikir kritis terhadap setiap konten yang kita terima dari media sosial, dan menjaga etika dalam berinteraksi di dunia maya.
Ajaklah keluarga, teman, dan komunitas Anda untuk bersama-sama melawan fitnah. Laporkan konten yang melanggar aturan, dukung korban fitnah, dan jadilah bagian dari solusi, bukan masalah.