Membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah merupakan cita-cita setiap pasangan muslim. Rumah tangga yang ideal ini digambarkan sebagai tempat yang penuh cinta, kasih sayang, dan rasa tenteram, serta menjadi fondasi utama dalam membentuk generasi Islami yang kuat.
Namun, membangun rumah tangga yang harmonis bukan perkara mudah. Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang Islam, komitmen yang kuat dari kedua pasangan, dan usaha yang berkelanjutan. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang konsep keluarga dalam Islam, peran suami istri, pendidikan anak, dan kiat-kiat membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.
Table of Contents
Makna Keluarga
Dalam Islam, keluarga didefinisikan sebagai sebuah ikatan pernikahan yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, beserta anak-anak mereka. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu dan menjaga nilai-nilai moral.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21 :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan-Nya untuk kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri supaya kamu merasa tenteram kepada mereka, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman.”
Ayat ini menjelaskan bahwa pernikahan adalah salah satu bukti kasih sayang Allah SWT kepada manusia. Dengan pernikahan, manusia diharapkan menemukan ketenangan, cinta, dan kasih sayang dalam membangun rumah tangga.
Peran Suami Istri dalam Islam
Islam memberikan panduan yang jelas tentang peran suami istri dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh kebahagiaan, yang dikenal sebagai rumah tangga sakinah mawaddah warahmah.
Peran Suami
- Pemimpin Keluarga : Suami bertanggung jawab untuk memimpin keluarga dengan penuh kasih sayang, keadilan, dan kebijaksanaan.
- Pencari Nafkah : Suami berkewajiban untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga.
- Pelindung : Suami harus melindungi istri dan anak-anaknya dari bahaya dan fitnah.
- Imam : Suami merupakan imam bagi keluarganya dalam urusan agama, dan bertanggung jawab untuk membimbing keluarga ke jalan yang benar.
- Suami yang Baik : Suami yang baik adalah yang mencintai istrinya dengan sepenuh hati, bersikap adil dan bijaksana, serta selalu berusaha untuk membahagiakan keluarganya.
Peran Istri
- Penjaga Rumah : Istri bertanggung jawab untuk menjaga rumah dan mengurus kebutuhan rumah tangga.
- Pendidik Anak : Istri berperan penting dalam mendidik anak-anak dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik.
- Pembawa Ketenangan : Istri diharapkan dapat membawa ketenangan dan kedamaian bagi suaminya.
- Istri yang Baik : Istri yang baik adalah yang taat kepada Allah SWT dan suaminya, selalu berusaha untuk membahagiakan keluarganya, serta menjadi pendamping yang setia bagi suaminya.
Prinsip-Prinsip Penting dalam Hubungan Suami Istri
- Saling Mengasihi dan Menghormati : Suami dan istri harus saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.
- Saling Memahami dan Mendukung : Suami dan istri harus saling memahami dan mendukung dalam segala hal.
- Komunikasi yang Terbuka dan Jujur : Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting untuk membangun kepercayaan dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.
- Saling Membantu dan Berbagi Tanggung Jawab : Suami dan istri harus saling membantu dan berbagi tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak.
- Memaafkan dan Melupakan Kesalahan : Memaafkan dan melupakan kesalahan merupakan kunci untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
- Berdoa Bersama : Berdoa bersama dapat memperkuat hubungan suami istri dan memohon pertolongan Allah SWT dalam menjaga rumah tangga.
Pendidikan Anak dalam Islam
Pendidikan anak merupakan salah satu kunci utama dalam membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
Berikut adalah beberapa prinsip penting dalam pendidikan anak dalam Islam :
- Menanamkan tauhid : Orang tua harus menanamkan keyakinan kepada Allah SWT sejak dini kepada anak-anak mereka.
- Membiasakan akhlak mulia : Orang tua harus membiasakan anak-anak mereka dengan akhlak mulia, seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab.
- Memberikan pendidikan agama : Orang tua harus memberikan pendidikan agama yang sesuai dengan syariat Islam kepada anak-anak mereka.
- Membimbing ibadah : Orang tua harus membimbing anak-anak mereka untuk melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.
Cara Membangun Rumah Tangga yang Sakinah Mawaddah Warahmah
Membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah memerlukan usaha dan komitmen yang kuat dari kedua pasangan. Berikut adalah beberapa kiat yang dapat membantu Anda :
- Memperkuat iman dan ketakwaan : Iman dan ketakwaan kepada Allah SWT menjadi landasan utama dalam membangun rumah tangga yang harmonis.
- Saling memahami dan menghormati : Suami dan istri harus saling memahami dan menghormati satu sama lain.
- Komunikasi yang terbuka dan jujur : Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting untuk membangun kepercayaan dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.
- Saling membantu dan mendukung : Suami dan istri harus saling membantu dan mendukung dalam segala hal.
- Memaafkan dan melupakan kesalahan : Memaafkan dan melupakan kesalahan merupakan kunci untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
- Berdoa bersama : Berdoa bersama dapat memperkuat hubungan suami istri dan memohon pertolongan Allah SWT dalam menjaga rumah tangga.
Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah Menurut Islam
Keluarga sakinah mawaddah warahmah merupakan gambaran ideal dari sebuah keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Keluarga ini menjadi contoh bagi keluarga-keluarga lainnya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Ayat Al-Qur’an tentang Keluarga
- Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 1 : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan peliharalah silaturahmi di antara kamu. Sesungguhnya memutuskan silaturahmi itu adalah dosa yang besar.”
- Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 35 : “Hai para istri Nabi, kalian bukanlah seperti wanita lain, jika kalian ingin kehidupan dunia dan perhiasannya, maka janganlah kalian tunduk (kepada nafsu) dan berbicaralah dengan suara yang lemah lembut, karena sesungguhnya yang demikian itu adalah sebab keruntuhan bagi orang-orang yang ada di dalam hatinya penyakit. Dan bersabarlah serta peliharalah kesucian rumah tangga kalian dan janganlah kalian menampakkan perhiasan-perhiasan kalian seperti yang ditampakkan oleh wanita-wanita jahiliah dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kalian dan membersihkan kalian dengan sebersih-bersihnya.”
Hadits Nabi tentang Keluarga
- HR. Bukhari dan Muslim : “Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”
- HR. Tirmidzi : “Rumah tangga adalah taman surga bagi orang-orang yang beriman, dan neraka bagi orang-orang yang kafir.”
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar : Teladan Keteladanan dalam Membangun Rumah Tangga
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar merupakan kisah inspiratif yang sarat makna tentang keteladanan dalam membangun rumah tangga dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman. Di tengah berbagai rintangan dan cobaan, mereka menunjukkan bagaimana sebuah keluarga Muslim yang ideal seharusnya berperilaku.
Awal Mula Pernikahan Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar
Nabi Ibrahim AS menikah dengan Siti Hajar, seorang budak yang diberikan oleh istri pertamanya, Siti Sarah. Pernikahan ini didorong oleh keinginan Siti Sarah untuk mendapatkan keturunan. Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra bernama Ismail AS.
Perintah Allah SWT untuk Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail
Ketika Ismail masih bayi, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke sebuah lembah tandus yang terpencil, yang kini dikenal sebagai Makkah. Perintah ini merupakan ujian keimanan yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim AS.
Keteguhan Iman dan Kesabaran Siti Hajar
Dengan penuh ketaatan, Nabi Ibrahim AS mengantarkan Siti Hajar dan Ismail ke lembah tersebut. Di sana, mereka hanya memiliki sedikit bekal makanan dan air. Siti Hajar, dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman, merawat Ismail di tengah kesulitan.
Munculnya Mata Air Zamzam
Ketika bekal makanan dan air habis, Ismail yang masih bayi kehausan dan menangis. Siti Hajar berlari mencari air di antara dua bukit Safa dan Marwah, namun tidak menemukannya. Kehausan Ismail semakin menjadi-jadi. Dalam keputusasaan, Siti Hajar meletakkan Ismail di bawah pohon dan berdoa kepada Allah SWT.
Allah SWT kemudian menunjukkan keajaiban dengan menumbuhkan mata air Zamzam di tempat Ismail tergeletak. Mata air ini menjadi sumber air bagi Siti Hajar dan Ismail, dan hingga saat ini masih mengalir dan menjadi sumber air bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Kegigihan Siti Hajar dalam Membangun Makkah
Siti Hajar tidak hanya sabar dan teguh iman, tetapi juga gigih dalam membangun Makkah. Beliau mendirikan pemukiman di sekitar mata air Zamzam dan mulai berdagang dengan suku-suku nomaden yang lewat. Kegigihan Siti Hajar ini menjadi cikal bakal berdirinya kota Makkah yang menjadi pusat agama Islam.
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar sebagai Teladan
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita tentang bagaimana membangun rumah tangga yang ideal :
- Keteguhan Iman : Di tengah berbagai cobaan, Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar tetap teguh iman kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa iman merupakan pondasi utama dalam membangun rumah tangga yang kokoh.
- Kesabaran : Siti Hajar menunjukkan keteladanan dalam kesabarannya saat menghadapi berbagai kesulitan. Kesabaran merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
- Kegigihan : Siti Hajar menunjukkan kegigihannya dalam membangun Makkah. Kegigihan ini menunjukkan bahwa kita harus selalu berusaha dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan bersama.
- Saling Menguatkan : Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar saling menguatkan dalam menghadapi cobaan. Hal ini menunjukkan pentingnya komunikasi dan kerja sama dalam membangun rumah tangga.
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar merupakan kisah yang patut kita teladani dalam membangun rumah tangga yang bahagia dan penuh berkah. Dengan mencontoh keteguhan iman, kesabaran, kegigihan, dan kekompakan mereka, kita dapat membangun keluarga yang harmonis dan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.
Baca juga : Kekuatan Sedekah yang Mengubah Kehidupan
Yayasan Bahagia Berbagi Bersama : Ciptakan Rumah Tangga Penuh Cinta Kasih, Kehangatan, dan Keberkahan
Yayasan Bahagia Berbagi Bersama adalah Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan dan kemanusiaan, dimana Yayasan ini di awal berdirinya adalah dari sebuah penyalur CSR di PT. Anugerah Kubah Indonesia, dengan brand QOOBAH. Yayasan Bahagia Berbagi Bersama (YBBB) tidak hanya fokus pada program sosial dan kemanusiaan, tetapi juga memiliki program kajian Islam yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan umat Islam. Kajian ini terbuka untuk umum dan dilaksanakan secara rutin di Masjid Qoobah, Kras, Kediri.
Jika Anda ingin merasakan manfaat dari kajian Islam penyejukkan hati dan berinfaq untuk Masjid Qoobah, Anda dapat mengunjungi campaign donasi online di Campaign Infaq Masjid Qoobah
atau infaq melalui no rekening BSI (Bank Syariah Indonesia) : 8771380220
a.n Yayasan Bahagia Berbagi Bersama.
Konfirmasi melalui WhatsApp 0852.3535.3588.
Membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah bukan perkara mudah, namun bukan berarti mustahil. Dengan memahami Islam, komitmen yang kuat, dan usaha yang berkelanjutan, setiap pasangan dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
Marilah kita bersama-sama berusaha membangun keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang, sebagai fondasi utama dalam membentuk generasi Islami yang kuat dan berakhlak mulia.